RSS

Kesal


Sabtu, 14 Januari 2012
23:11
Malam dingin di kota pelajar. Hujan masih menari-nari di luar sana. Hawa dingin yang entah mengapa semacam mengantarkanku pada kenangan masa lalu. Semua itu diawali dengan pertemuan tak disengaja. Lama kelamaan menjadi terbiasa. Ya, terbiasa bahwa kamu ada. Kamu adalah bagian dari hariku. Terbiasa memandangimu dengan tatapan kesal. Terbiasa ada orang aneh semacam kamu yang selalu dan selalu hadir di depanku, SETIAP HARI.
Hari itu, selasa siang. Aku duduk di kantin, sendirian, menyantap makanan dengan muka tak berminat. Lalu seseorang itu lewat di depanku. Oh, bahkan dia duduk, tidak jauh dariku. Kegiatan memalukan ini aku namakan fan-girling. Dan aku masih ingat, saat itu, kamu duduk di sebelahnya. Hari demi hari, aku mulai mengenali kamu sebagai teman si-Mas-nya. Lama kelamaan tingkah anehmu bahkan lebih menarik untuk dibahas (dicaci ) daripada kehadiran si-Mas-nya. Tingkah anehmu yang membuatku emosi tingkat dewa.
Namun, perlahan rasa kesal itu berlari-lari kecil, kemudian tergantikan. Kali ini oleh temannya, rasa penasaran. Ya, aku benci untuk mengakuinya, bahwa setiap hari bertemu dengan makhluk menyebalkan seperti kamu, kadang terasa menyenangkan. Bodoh bukan?
Aku masih ingat juga sore itu, kala hujan menyapa. Aku tengah berjalan, tak tentu arah, dengan map berisi berlapis-lapis kertas. Mataku masih mengedarkan pandangan, mencari seseorang yang bisa menolongku dari  jerat kertas-kertas itu. Namun, hasilnya nihil. Bagai mencari jarum dalam jerami. Setengah putus asa, tiba-tiba sosokmu muncul. Serasa galau menerpa. Bagai buah simalakama. Aku harus menyelesaikannya, tapi tak ada pilihan, hanya kamu si menyebalkan yang bisa membantuku saat itu. Dan aku nekat.  Aku  nekat berbicara pada kamu saat itu. Nekat senekat-nekatnya! Untuk melangkahkan kaki saja rasanya berat. Kamu tahu rasanya? Super duper kesal, memalukan, rasanya seperti ingin menyelam ke dasar samudera. Entahlah, aku harus senang atau tidak. Aku juga masih ingat kata-katamu saat itu. Masih, masih sangat jelas. Entah kenapa aku harus begini, bukankah mengisi otakku dengan orang aneh sepertimu hanya menghabiskan ruang memori? Tapi tetap saja, segala hal tentangmu itu, tersimpan dengan jelas.
Lalu ini...
Lalu itu...
Pagi itu...
Dan siang kemarin...
Ah tapi...Sudahlah lupakan.
Tapi aku harus kembali pada realita, bahwa aku salah..
Tak seharusnya aku begini...

Sungguh semua ini membuatku kesal...

0 komentar: